Monday, May 1, 2006

Waktunya krisis datang lagi?

History Repeats Its Self, gitu yang sering dibilang para Teknikal Analis bursa. Teknikal Analisis adalah seni memprediksikan pergerakan (harga) suatu saham dengan melihat pergerakannya di masa lalu, kemudian dilihat menggunakan rumus-rumus yang membentuk indikator-indikator yang merefleksikan keadaannya relatif dibandingkan sekarang, mungkin beberapa indikator yang penting adalah volume transaksi, kurva konvergen divergen/momentum saham (macd), sentimen para pemain (stochastics), dan untuk "rel"-nya yang pasti Bollinger Band. Meramal masa depan lewat sejarah itu unik, walau terdengar sentimentil, tapi seringkali memang keadaan tersebut berulang walau dengan muka yang "agak" sedikit berbeda. Tahun depan 2007, 5 tahun sebelumnya adalah tahun 2002, dan 5 tahun sebelumnya adalah 1997. 2002 Indonesia terlanda krisis BBM dan masalah dengan IMF, presiden Mega kurang bisa diandalkan, tiba2 sembako naik 50-100%, semua barang naik, yang gak naik cuma gaji, hahahaha... tapi gaji pegawai negeri terutama presiden dan konco2nya gak beberapa lama juga naik sih. 1997, Soeharto didemo untuk turun, hasilnya Soeharto lengser keprabon, semangat reformasi dimana-mana, hasilnya kerusuhan. Etnis cina di-sweeping, rumah2 ramai2 menempelkan tulisan "Milik Pribumi (Muslim)", USD naik sampai 5-6 kali lipat, ibu2 banyak yang ketipu beli dollar bukan amerika, harga emas juga melonjak, bunga deposito sampai 40% setahun, ATM di-rush, dan negara indonesia yang katanya kaya raya tiba-tiba seperti sudah mau bangkrut kebanyakan utang yang lebih dari 100 trilyun rupiah. Kenapa interval 5 tahun? Kok sama dengan masa kerja presiden RI? Mungkinkah krisis bukan faktor alam atau ekonomi global seperti yang digembar-gembor, tapi merupakan hasil dari penguasa yang egois? Kemungkinannya memang faktor penguasa, lihat aja di negara2 lain. Tapi yang penting, gimana rencana menghindari krisisnya. Ingat, nabi Nuh tidak membuat perahu saat hujan mulai turun, tapi sejak lama sebelumnya. Sinyalnya mulai terlihat lagi, harga minyak naik keterlaluan, harga emas juga sudah meloncat melewati USD 500/troy once, harga perak ikut2an naik (memang seharusnya harga perak udah lebih mahal). Eh, tingkat suku bunga di amerika sudah 5%, tetapi perekonomian us belum membaik juga, bahkan kurs USD sekarang melorot terus bahkan terhadap IDR, nah lo??? Apa aman sekarang mengantisipasi krisis dengan membeli USD seperti tahun 1997? Mungkin kedok USD sebagai mata uang paling sakti mulai terbuka, ternyata gak terlalu sakti juga. Tapi yang jelas, mata uang yang paling sakti masih tetapi sakti, yaitu Emas Murni 24 karat. Apakah tahun depan betul krisis? Entahlah, saya bukan dukun atau paranormal, kalau saya paranormal pasti saya sudah sekaya Ki Joko Bodo atau Ki Gendeng Pamungkas yang punya rumah super mewah dan mobil mahal. Tapi, saya mengikuti nabi Nuh, buat perahu sebelum hujan turun, saya ngumpulin emas sejak tahun kemarin. May The Force Be With You...