Thursday, November 22, 2012

Lo Kheng Hong, Warren Buffet Indonesia

Berinvestasi di saham mungkin bukan perkara mudah bagi sebagian orang, butuh ketepatan, perhitungan dan tentu saja keberanian untuk mencoba. Hal tersebut sepertinya telah dilewati oleh pria 52 tahun Lo Kheng Hong. Selama 22 tahun dirinya menggeluti saham hingga akhirnya dijuluki Warren Buffet Indonesia.

Filosofi hidup yang dijalaninya yaitu "menjadi kaya sambil tidur" tengah mengantarkan dia menjadi miliarder di pasar saham, disebut-sebut asetnya bernilai triliunan rupiah. Bagaimana filosofi hidup yang dijalani mampu membuatnya dijuluki Warren Buffet Indonesia. Dalam sebuah kesempatan, Lo Kheng Hong berbagi caranya dalam memilih saham.

"Saat kita akan membeli saham, sebaiknya kita harus mengetahui dahulu manajemen perusahaan tersebut bagaimana, apakah menerapkan Good Corporate Governance (GCG) atau tidak, apakah perusahaan tersebut memiliki integritas yang baik," jelasnya di Jakarta.

Selain itu menurutnya, membeli saham jangan seperti beli saham dalam karung, "Buy What u Know and Know What u Buy", seseroang bisa mengetahui saham itu baik atau tidak dengan mencari tahu dari kompetitornya atau pegawai perusahaan tersebut.

"Saya akan mencari tau dari kompetitornya, karena biasanya mereka tahu baik buruk kompetitor mereka, perlu dicari tahu agar tidak beli kucing dalam karung, karena ini kan menyangkut harta kita, jadi jangan membeli sesuatu yang tidak kita tahu," jelasnya.

Selanjutnya, dalam memilih saham, juga perlu mengetahui manajemennya, apakah pengelolanya jujur atau tidak, jangan sampai pengelolanya suka ambil uang perusahaan, sehingga sebagai sleeping partner dirugikan.

"Istilahnya, yang menjadi pertimbangan pertama adalah manajemen, kedua manajemen, ketiga manajemen, baru yang lain. Selain itu kita harus mengetahui bisnis atau sektor apa yang dijalani, karena ada sektor yang menarik ada juga yang tidak menarik," ungkapnya.

Selain itu yang perlu diperhatikan juga adalah pertumbuhan emiten bersangkutan apakah tumbuh baik atau tidak, karena ada empat tipe perusahaan, seperti perusahaan yang rugi terus, ada yang kadang untung, dan kadang merugi. Kemudian, perusahaan yang untung besar terus, tapi stagnan. Ada juga perusahaan yang growing secara berkala.

"Kita juga perlu melihat kinerjanya lima tahun ke belakang, kita lihat masa lalunya, biasanya kalau lima tahun ke belakang tumbuh, ke depannya akan mengalami hal yang sama. Kalau sudah lima tahun berturut-turut growing, tandanya itu bagus," tuturnya.

Namun yang tidak kalah penting, selain fundamental emiten, harus memperhatikan dari segi harga. Seperti price to earning ratio (PER)-nya, dari situ dapat mengetahui kemampuan emiten tersebut dalam membukukan keuntungan. "Biasanya perusahaan yang sudah baik dan manajemennya bagus, PER-nya sudah di atas 10 kali," jelasnya.

Lebih lanjut Lo Kheng Hong mengatakan jika dirinya merupakan tipe investor fundamental, karena yang akan dilihat dari segi manajemen atau pertumbuhan perusahaan. Namun bukan berarti hal teknikal seperti grafik, semuanya diabaikan, karena yang diperlukan memang selektif.

"Jangan trading for living, tapi trading agar menjadi kaya. Kalau kita jago tapi tidak bisa mengendalikan diri itu juga tidak bagus," kata Lo Kheng Hong.


Sumber : OKEZONE.COM