1. Pertama-tama tentu menekan risiko serangan jantung.
Kita mengetahui bahwa otot jantung membutuhkan aliran darah
lebih deras (dari pembuluh koroner yang memberinya makan)
agar bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa
henti. Untuk itu, otot jantung membutuhkan aliran darah yang
lebih deras dan lancar. Berjalan kaki tergopoh-gopoh
memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung.
Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan
otot jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup. Bukan
hanya itu. Kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang
terlatih menguncup dan mengembang akan terbantu oleh
mengejangnya otot-otot tubuh yang berada di sekitar dinding
pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan berjalan kaki
tergopoh-gopoh! (brisk walk) atau jalan cepat.
Hasil akhirnya, tekanan darah cenderung menjadi lebih
rendah, perlengketan antar sel darah yang bisa berakibat
gumpalan bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan
berkurang. Lebih dari itu, kolesterol baik (HDL) yang
bekerja sebagai spons penyerap kolesterol jahat (LDL) akan
meningkat dengan berjalan kaki tergopoh- gopoh. Tidak banyak
cara di luar obat yang dapat meningkatkan kadar HDL selain
dengan bergerak badan. Berjalan kaki tergopoh-gopoh tercatat
mampu menurunkan risiko serangan jantung menjadi tinggal
separuhnya.
2. Kendati manfaat berjalan kaki tergopoh-opoh terhadap
stroke pangaruhnya belum senyata terhadap serangan jantung
koroner, beberapa studi menunjukkan hasil yang
menggembirakan.
Tengok saja bukti alami nenek-moyang kita
yang lebih banyak melakukan kegiatan berjalan kaki setiap
hari, kasus stroke zaman dulu tidak sebanyak sekarang.
Salah satu studi terhadap 70 ribu perawat (Harvard School of
Public Health) yang dalam bekerja tercatat melakukan
kegiatan berjalan kaki sebanyak 20 jam dalam seminggu,
risiko mereka terserang stroke menurun duapertiga.
3. Berat badan stabil
Ternyata dengan membiasakan berjalan kaki rutin, laju
metabolisme tubuh ditingkatkan. Selain sejumlah kalori
terbuang oleh aktivitas berjalan kaki, kelebihan kalori yang
mungkin ada akan terbakar oleh meningkatnya metabolisme
tubuh, sehingga kenaikan berat badan tidak terjadi.
4. Menurunkan berat badan juga.
Ya, selain berat badan dipertahankan stabil, mereka yang
mulai kelebihan berat badan, bisa diturunkan dengan
melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu secara
rutin. Kelebihan gajih di bawah kulit akan dibakar bila
rajin melakukan kegiatan berjalan kaki cukup laju paling
kurang satu jam.
5. Mencegah kencing manis.
Ya, dengan membiasakan berjalan kaki melaju sekitar 6 km per
jam, waktu tempuh sekitar 50 menit, ternyata dapat menunda
atau mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2, khususnya pada
mereka yang bertubuh gemuk (National Institute of Diabetes
and Gigesive & Kidney Diseases). Sebagaimana kita tahu
bahwa kasus diabetes yang bisa diatasi tanpa perlu minum
obat, bisa dilakukan dengan memilih gerak badan rutin
berkala. Selama gula darah bisa terkontrol hanya dengan cara
bergerak badan (brisk walking), obat tidak diperlukan. Itu
berarti bahwa berjalan kaki tergopoh- gopoh sama manfaatnya
dengan obat antidiabetes.
6. Mencegah osteoporosis.
Betul. Dengan gerak badan dan berjalan kaki cepat, bukan
saja otot-otot badan yang diperkokoh, melainkan
tulang-belulang juga. Untuk metabolisme kalsium, bergerak
badan diperlukan juga, selain butuh paparan cahaya matahari
pagi. Tak cukup ekstra kalsium dan vitamin D saja untuk
mencegah atau memperlambat proses osteoporosis. Tubuh juga
membutuhkan gerak badan dan memerlukan waktu paling kurang
15 menit terpapar matahari pagi agar terbebas dari ancaman
osteoporosis. Mereka yang melakukan gerak badan sejak muda,
dan cukup mengonsumsi kalsium, sampai usia 70 tahun
diperkirakan masih bisa terbebas dari ancaman pengeroposan
tulang.
7. Meredakan encok lutut.
Lebih sepertiga orang usia lanjut di Amerika mengalami encok
lutut (osteoarthiris) -. Dengan membiasakan diri berjalan
kaki cepat atau memilih berjalan di dalam kolam renang,
keluhan nyeri encok lutut bisa mereda. Untuk mereka yang
mengidap encok lutut, kegiatan berjalan kaki perlu dilakukan
berselang-seling, tidak setiap hari. Tujuannya untuk memberi
kesempatan kepada sendi untuk memulihkan diri. Satu hal yang
perlu diingat bagi pengidap encok tungkai atau kaki: jangan
keliru memilih sepatu olahraga. Kita tahu, dengan semakin
bertambahnya usia, ruang sendi semakin sempit, lapisan rawan
sendi kian menipis, dan cairan ruang sendi sudah susut.
Kondisi sendi yang sudah seperti itu perlu dijaga dan
dilindungi agar tidak mengalami goncangan yang berat oleh
beban bobot tubuh, terlebih pada yang gemuk. Bila bantalan
(sol) sepatu olahraganya kurang empuk, sepatu gagal berperan
sebagai peredam goncangan (shock absorber). Itu berarti
sendi tetap mengalami beban goncangan berat selama berjalan,
apalagi bila berlari atau melompat. Hal ini yang memperburuk
kondisi sendi, lalu mencetuskan serangan nyeri sendi atau
menimbulkan penyakit sendi pada mereka yang berisiko terkena
gangguan sendi. Munculnya nyeri sendi sehabis melakukan
kegiatan berjalan kaki, bisa jadi lantaran keliru memilih
jenis sepatu olahraga. Sepatu bermerek menentukan kualitas
bantalannya, selain kesesuaian anatomi kaki. Kebiasaan
berjalan kaki tanpa alas kaki, bahkan di dalam rumah
sekalipun, bisa memperburuk kondisi sendi-sendi tungkai dan
kaki, akibat beban dan goncangan yang harus dipikul oleh
sendi.
8. Ternyata bergerak badan dengan berjalan kaki cepat juga
membantu pasien dengan status depresi. Berjalan kaki
tergopoh-gopoh bisa menggantikan obat antidepresan yang
harus diminum rutin. Studi ihwal tarbebas dari depresi
dengan berjalan kaki sudah dikerjakan lebih 10 tahun.
9. Kanker juga dapat dibatalkan muncul bila kita rajin
berjalan kaki, setidaknya jenis kanker usus besar
(colorectal carcinoma). Kita tahu, bergerak badan ikut
melancarkan peristaltik usus, sehingga buang air besar lebih
tertib. Kanker usus dicetuskan pula oleh tertahannya tinja
lebih lama di saluran pencernaan. Studi lain juga
menyebutkan peran berjalan kaki terhadap kemungkinan
penurunan risiko terkena kanker payudara.