Si ibu yang memang mantan pemandu arung jeram ditempat itu memancing perhatian perampok karena keahliannya. Di sungai tersebut terkenal dengan jalur gauntlet yang arusnya sangat ganas, hanya sedikit orang yang beruntung bisa melewatinya, salah satunya si ibu tsb, dan banyak yang mencoba lewat tetapi akhirnya tewas atau lumpuh. Saat keadaan masih tenang, si anak melihat ke sebuah tebing dan bertanya ke si ibu apa itu gambar-gambar di tebing. Si ibu menjawab bahwa itu adalah sebuah piktograf (gambar simbol) yang kemungkinan dibuat oleh anak seumuran anaknya ratusan/ribuan tahun lalu dalam perjalanan spiritual-nya.
Perjalanan spiritual digambarkan sebagai bukti bahwa seorang anak sudah bisa dianggap dewasa. Anak tersebut suatu hari akan dibawa ke suatu tempat asing dan jauh oleh seorang anggota suku yg tak terlalu dikenalnya, sendirian tanpa keluarga yang mengantar. Setelah sampai di suatu tempat, si anak ditinggal sendiri hanya dibekali senjata dan penerangan secukupnya dan disuruh menunggu sampai pagi untuk dijemput. Si anak akan dianggap dewasa jika tidak menangis atau berteriak-teriak mau pulang sampai dia dijemput paginya.
Suatu hal yang mengharukan terjadi ketika pada saat pagi tiba, saat cahaya pertama hari itu menerangi bumi, dan si anak tidak menangis atau ingin pulang semalaman yang berarti dia telah lulus dan bisa disebut dewasa, ayahnya atau kakaknya atau seorang laki-laki keluarga terdekatnya ternyata berdiri tidak jauh darinya membawa senjata lengkap, siap melindungi si anak jika terjadi apa-apa. Gimana menerapkan perjalanan spiritual seperti itu ke anak jaman sekarang ya?