Saya masih ingat ketika bekerja di perusahaan terakhir di mana sekitar hampir 9 tahun saya menjadi karyawan di sana. Sebuah perusahaan asing yang bergerak di industri plastik. Di tahun pertama bekerja, saya ditawarkan training ke luar negeri beberapa waktu dengan catatan bersedia menanda tangani kontrak untuk kurun 3 tahun harus terus bekerja di perusahaan itu.
Mendapat tawaran itu, saya tidak langsung mengiyakan, justru banyak berfikir dan balik bertanya ke manajer atasan saya, yakni “Bagaimana masa depan industri plastik ini nantinya ?”, karena menurut pemikiran saya begitu 3 tahun saya bekerja di industri ini, berarti saya sudah menyatakan diri menjadi spesialis di industri tersebut.
Pertanyaan itu membuat atasan saya kaget dan keliatan sedikit bingung atau mungkin malah tersinggung, karena di mana karyawan-karyawan lain sangat mengharapkan memperoleh kesempatan training tersebut, tapi justru saya terkesan mempertanyakan dan kurang menghargai.
Sebagai anak muda yang sedang membentuk masa depan, waktu itu saya merasa bebas untuk menentukan, apakah suatu bidang industri dan perusahaan layak menjadi tumpuan di masa depan atau tidak. Perusahaan tempat saya bekerja pertama kali juga saya tinggalkan di akhir bulan ke-5, karena saya nilai sistem dan masa depan kurang bagus di industri dan perusahaan itu. Termasuk kemungkinan akan ditraining beberapa bulan ke Eropa, dan untuk selanjutnya harus mau terikat kontrak selama 5 tahun wajib bekerja di perusahaan itu.
Akhirnya saya putuskan bersedia untuk ditraining beberapa minggu ke luar negeri dan menanda tangani kontrak bekerja beberapa tahun di perusahaan itu, berarti saya telah memutuskan untuk menjadi spesialis yang benar-benar masuk dan hidup di industri itu.
Menjadi spesialis yang bukan hanya belajar produk, tapi juga berusaha belajar bisnis dan marketnya di industri itu. Memasuki tahun kedua di perusahaan, saya terjangkit virus entrepreneur, dan memutuskan memilih jalur pengusaha sebagai jalan hidup, memulai belajar dan praktik bisnis sambil terus bekerja di perusahaan plastik tersebut.
Akhir tahun 2009 saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari bekerja, yang artinya dari tahun tahun 2001 sampai 2009, saya telah mendalami dunia plastik selama hampir 9 tahun, atau jika kita hitung jamnya: 1 tahun = 365 hari, dikurangi libur rata-rata 110 hari, artinya 255 hari kerja. Dalam sehari bekerja 8 jam, dan di asumsikan 60% atau sekitar 5 jam yang penuh terjun di dunia plastik, artinya sama dengan 255 hari/tahun x 5 jam/hari x 9 tahun = 11.475 jam, saya telah belajar dan praktik di dunia plastik.
Sejak awal 2002 saya belajar dan praktik menjadi pengusaha sembari bekerja, taruhlah saya asumsikan saya belajar di sebagian jam istirahat dan beberapa jam sepulang kerja, serta hari sabtu dan minggu. Ketika hari kerja dari jam 6-jam 10an malam berarti bisa diasumsikan 3 jam, dan sabtu-minggu kita anggap penuh 8 jam kerja, sedangkan hari libur lain kita anggap juga libur dari belajar dan praktek bisnis.
Maka antara 2002-2009 jumlah saya belajar dan praktek bisnis adalah 255 hari kerja/tahun x 3 jam/hari kerja x 8 tahun = sekitar 6.120 jam. Hari sabtu dan minggu saya anggap 70% yang dipakai untuk bisnis, jadi 70% x 96 hari/tahun x 8 jam/hari x 8 tahun = 4.300 jam.
Jadi total jam belajar dan praktek bisnis ketika mengundurkan diri dari bekerja adalah 6.120 jam dihari kerja, ditambah 4.300 jam di sebagian hari Sabtu dan Minggu, jadi total sekitar 10.420 jam. Angka ini tentu bukanlah angka yang seratus persen benar, tapi paling tidak bisa menjadi gambaran yang mendekati.
Kombinasi menjadi spesialis di bidang plastik dan belajar serta praktik menjadi pengusaha dengan total jam terbang masing-masing melebihi 10.000 jam, sekarang saya fahami adalah salah satu modal terpenting, yang membuat kami merasa yakin mengundurkan diri dari pekerjaan, dan memulai dengan serius usaha formal di bidang plastik. Pengalaman itu juga yang membuat bisnis kami lebih cepat berkembang. Selain jam terbang diri sendiri, saya juga menggandeng partner dan anggota tim dengan pengalaman di bidangnya juga melebihi dari 10.000 jam.
Saya lebih senang menyebutnya sebagai telah memiliki kompetensi dan kredibilitas. Maka tidak heran kalau sebagian besar bisnis start up akan berguguran, bahkan konon statistik menyatakan 80% bisnis baru gugur di tahun pertama. Karena kompetensi dan kredibilitasnya belum memadahi.
Bisnis yang gugur atau tidak berkembang belum tentu karena bidang bisnisnya jelek, akan tetapi mungkin karena sang pengusaha dan timnya baru memiliki jam praktek yang sedikit, atau baru tahap proses untuk menjadi ahli. Mungkin baru ratusan jam praktek, atau beberapa ribu jam praktek saja.
Di akhir tulisan ini mari kita bertanya pada diri masing-masing, sudahkah kita belajar dan praktek melebihi 10.000 jam dalam perjalanan menjadi pengusaha sukses? Bukan hanya soal menjadi pengusahanya, tetapi juga soal bidang atau produk yang menjadi usaha kita. Sepuluh ribu jam ini tentu bukan hanya asal praktek, tapi juga disertai semangat, kesenangan dan niat kuat untuk menjalaninya.
Dan selamat menikmati betapa berharganya nilai dari 10.000 jam pengalaman.
Mustofa Romdloni